THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Selasa, 25 November 2008

seeya, trans tv!!

huhuhu... T_T
kemarin hari terakhir tya magang di trans tv MakasSar. Yaa.. akhirnya mesti balik lagi ke kampus. Schedule awal: istirahat total. Hehehe...
back to sleep tight, beib!!

Ndak terlalu banyak kerjaan sbenernya pas di trans sih... asik-asik aja, tapi bener2 waktu berlalu begitu gak terasa. Baru aja selesai sholat LohOr, e-eh.. sudah AshaR.

Yg penTing banyak memoRi bersama "mereka" lah...
moga-moga sosokku tidak terlupakan di memori mereka, deh... ^_^

thnks ya buat, kK2 trAnS

Minggu, 23 November 2008

Sahabat, dimanakah kau?

Aku akan heran jika aku tidak dibutuhkan. Karena aku gemar membantu orang dengan kemampuan yang kupunya. Aku senang mendengar curhat orang. But unfortunately, kenyataannya aku memang akan selalu heran. Heran dengan diriku sendiri. Heran dengan kemuliaan hati yang aku punya. Heran dengan senyum tulus yang kusebar kemana-mana. Heran dengan pertanyaan yang selalu muncul tiap pagi dan melihat inboxku tak satupun sms yang masuk tentang somenone miss me. So sad, but its true.

Aku kehilangan sahabat yang tidak akan pernah kumengerti kenapa. Satu persatu meninggalkanku tanpa alasan. Dan aku kembali bergaung dengan sepi di sekelilingku.
Ini bukan kali pertama, jadi kembali kusalahkan diriku sendiri.
***

Aku terburu-buru masuk kelas, mengira dosen sudah lebih duluan hadir ketimbang diriku. Dan aku mengucap syukur ketika ternyata beliau belum datang. Ketika kuedarkan pandangan ke dalam ruang kelas, enyahkan bising suara makhluk di dalamnya, kudapati bangku kosong di samping orang yang sudah kuanggap sahabatku. Bergegas aku menuju ke sana dengan senyum tanpa mengindahkan kalau dia tidak melihat senyumku karena sibuk membaca.
Belum duduk di sampingnya, aku sudah ditegur oleh teman yang duduk di sampingnya di sisi lain: " ...eh, jangan duduk di situ, sudah ada yang disimpankan".
Keningku mengernyit heran. Terlebih ketika sudut mataku melemparkan lirikan kepada sahabatku, dan dia tidak menyanggah.
Ada apa ini?
biasanya dia tersenyum ramah sapaku. Tapi kali ini hampa. Menatapku pun tidak.
Dengan menahan rasa yang sulit kuejawantahkan dalam hati, aku mangkir ke tempat lain.
Ah, lagi-lagi aku heran kepada diriku.
Gede rasakah aku anggap dia sahabat, sementara dirinya tidak sama sekali?
Atau seperti apakah sahabat itu?

Sahabat itu dia yang selalu usahakan berada di sisiku, kecuali jika keadaan benar-benar tidak mengizinkan. Sahabat itu yang selalu mencurahkan permasalahan suka dukanya kepadaku tanpa diminta. Sahabat itu yang akan selalu butuhkanku, terserah aku mampu atau tidak.
Ah, tapi dia memang tidak seperti itu, meski 2 tahun terakhirku di kampus selalu bersamanya.
***

Kuputuskan aku tidak memerlukan sahabat. Kuputuskan untuk berbagi senyum sebagai sesama teman saja. Kuputuskan untuk berjuang mandiri saja.
Mungkin do'a-do'aku belum terlalu panjang.
Pintaku pada-Nya:
agar mereka butuhkanku lebih dariku butuh mereka,
agar mereka anggapku ada.

Kamis, 20 November 2008

Pernikahan Dini

dari penulis: "maksa sih sebenernya buat mendatangkan ide, yang penting ada-lah yang bisa ditulis blog, biar gak ada yang comment juga, yang penting hobi nulisku tersalurkan, hehehe.... Oyap ni bukan lanjutan dari cerpen -And The Story Begin, yaaa...."

Sore hari, aku lagi asyik-asyiknya main game The Sims dalam kamar, mendadak konsentrasiku buyar ketika mendengar seruan ibuku di ruang tengah: " Ulfah hamil!!!"

Ulfah? siapa Ulfah? Apa aku kenal?
Pas aku keluar dari kamar menuju ruang tengah, yang kudapati adalah ibuku yang berdiri dengan tangan kanan masih memegang sude' (sendok wajan) berminyak, dan beliau tengah seriusnya menatap tivi yang lagi menyiarkan acara Gosip Seleb. Woalaaaa... acara gosip to???

" ...tega bener si Syekh, bisa-bisanya dia membuat hamil anak di bawah umur. Rasul emang nikah sama Aisyah di saat Aisyah masih dini, tapi tidak menggauli sebelum Aisyah cukup umur!! Bisa-bisanya dia bilang mo ikut jejak Rasul. Jejak napsumu itu!!" ibuku berkomentar dengan emosi. Tatapan beliau tidak pernah lepas dari tivi.

Ck ck ck... komentar ini adalah salah satu dari sekian banyak komentar yang
ndak mendukung Syekh dalam langkahnya menikahi Ulfah, si gadis belia. Well, bisa dibilang sebenernya aku juga gak begitu setuju masih ada pernikahan dini di jaman sekarang. Permasalahannya terletak pada usia si calon pengantin sendiri. Kadang-kadang perempuan yang dijadikan objek penderita di sini.
Emang sih, pernikahan dini itu bagus ketimbang zina (naudzubillah, sadarkanlah hamba-Mu, ya Allah...amin). Tapi kadang-kadang ada konspirasi di balik pernikahan dini itu. Misalnya, karena napsu setan, laki-laki akhirnya menikahi gadis di bawah umur, dengan membungkus niat kotor dengan tujuan yang mulia: nikah dini daripada zina.

Gini lo, menurutku... jumlah wanita kan gak sedikit, lebih banyak ketimbang laki-laki... banyak kok perempuan yang jadi perawan tua, kenapa gak mereka aja yang dinikahi? kenapa malah anak-anak? anak-anak perjalanannya masih jauh, masih berhak menikmati masa kanak-kanaknya, masih butuh bermimpi akan masa depan...

Setega-teganya Syekh (menurut nyokap), lebih tega lagi para lelaki yang senang sodomi anak kecil!! Bahkan sampe memperkosa, kemudian membunuh, kemudian memutilasi, kemudian.... sadddiiiissss....

apa sih yang ada di pikiran para lelaki biadab ini? tidakkah sifat kemanusiaan mereka tergerak, atau tersentak, atau tersentuh, atau tersadar, -dan atau-atau yang lain- ketika mendengar jeritan menyayat dari korban mereka saat kejadian berlangsung? Ataukah setan yang ada di dalam diri mereka terlalu besar sehingga...

ah! ngeri deh ngetik lanjutannya...


balik lagi ke Syekh Puji. Beliau emang ngebantah soal kehamilan Ulfah. Tapi hal itu malah bermakna ambigu, buatku. Oke, oke-lah... klo semisal Ulfah tidak hamil, tapi dari perkataan Syekh atau pengacaranya, atau orang-orangnya yang bilang: Ulfah belum hamil <-- seolah-olah mengatkan bahwa sebenernya mereka sudah berhubungan badaniah. komentar: "Gak papa toh, Ty? kan dah jadi suami istri..?" Iya, sih... tapi yang jadi kontroversi dari pernikahan mereka adalah karena usia Ulfah, dan karena tersitanya masa kanak-kanak Ulfah untuk mengurusi suami dan anak, dan karena Ulfah masih terlalu dini jika harus mengandung, dan yang lebih maha gawat lagi adalah karena niat Syekh untuk menikahi anak usia 7 tahun... Duh, emang susah kalo udah ngerasakan yang enaknya... (Hush!! Udah deh, daripada pusing mikirin orang lain, mending mikir diri sendiri aja...)

Jenuh

Ni bukan nyontek judul lagunya Rio Febrian. Tapi emang dasarnya Tya jenuh. Wajar kan? Toh keseharian ituuuu mulu yang dikerja. Kalo' nggak kuliah, yaa... ke kantor tempat magang, abis itu pulang ke rumah (karena jam kantor berakhir paling cepat jam setengah enam sore). Nyokap bakal nyerocos -panjang kali lebar sama dengan luas- kalo Tya pulangnya malem.Pasti nyinggung soal: " ...cewek yang pulang malem-malem tuh cewek gak baek-baek. Apalagi jilbab...!!" <-- ni kata-kata nyokap, loh...

Yah, beginilah nasib anak singleparent, dikhawatiriiiiinn... terus.

Balik lagi ke soal jenuh. Temanku malah ada yang komentar gini pas diajak makan siang: " ...makan-nya jangan cari yang menunya nasi, ya? Jenuh nih makan nasi terus..."
Hehehe, ada-ada aja...
Tapi gak dinyana, pas makan malah ngambil ketupat ;p


Di tempat makan (tepatnya di warung-warung jalan), Tya sempet memperhatikan bapak-bapak yang asik bercerita dengan pandangan mata yang tak berhenti bergerak, seolah-olah mencari sesuatu yang menarik. Dari ciri-ciri mereka, Tya memastikan mereka adalah orang-orang yang ndak punya kerjaan a.k.a komunitas pengangguran.
Kadang-kadang Tya berpikir: kalau hal-hal kecil yang jadi rutinitas tetap kadang menjenuhkan walaupun sudah menghasilkan, bagaimana dengan para pengangguran yang tiap harinya gitu-gitu aja tanpa penghasilan tetap?
apa ya yg ada dalam pikiran mereka?

Tya dan siapapun pasti nggak ada yang bercita-cita jadi pengangguran. Ibu rumah tangga aja yang gak kantoran, ogah dibilang pengangguran. Toh mereka malah memiliki pekerjaan yang mulia: jadi istri, dan jadi ibu yang baik.

Balik ke bapak-bapak tadi. Memikirkan mereka, mau tak mau Tya juga jadi ikut-ikutan cemas. Tya gak mau latah jadi pengangguran. Belum lulus kuliah aja, ngeri membayangkan jadi pengangguran, apalagi kalo dah lulus...
Banyak kan sarjana-sarjana yang gak kerja? Pemerintah malah memberikan kerja untuk mereka yang berijasah palsu dan berduit banyak. Aduh...

Balik lagi ke soal jenuh. Tya jenuh. Ide untuk nulis di blog juga blank. Makanya tulisan kali ini begitu kacau T_T

Minggu, 16 November 2008

part 02: Gula-gula (...And The Story Begin...)

dari penulis: rutinitas sehari-hari memberi inspirasi tentang ide cerita baru. Trims buat yang bersedia luangkan waktu untuk membaca dan komentar ^_^


Terbangun tepat pukul 05.30, buru-buru ambil air wudhu untuk sholat Subuh, yang entah jam segini masih bisa disebut Subuh. Masih dengan terburu-buru keluar dari wc dan mengambil sajadah hijau yang terlipat rapi di atas bufet dekat tivi.
Aku tidak terlalu konsen melaksanakan sholat demi mendengar celotehan kemarahan ibu dari ruang tengah tentang keseringanku terlambat bangun subuh. Sementara adikku sudah menyapu dedaunan di halaman. Ah, sok rajin. Sengaja tuh buat ambil hati ibu. Dia cekikikan, nyindir ketika kutengok dia dari jendela depan.
Ini karena kerjaanku yang tidak menentu waktunya, kadang-kadang mesti lembur dan hari libur cuma sehari yang kupake untuk beberes di rumah seharian. Namun tidak ada gunanya membantah ibu, toh beliau bakal balik lagi ke protesnya yang kemarin-kemarin: " ...sudah ibu bilang, pekerjaan wartawan itu ndak mudah dan gajinya sedikit, kenapa ndak melamar di perusahaan saja?". Ah, nantilah, bu... entah kenapa. Pekerjaan ini memang membuatku jenuh, tapi tidak sampai di titik yang aku mau melepasnya.
" Ada tikus lagi berkeliaran di rumah" sahut ibuku sambil lalu lalang, antara dapur dan kamarnya. Beliau hanya mengenakan handuk, siap-siap mandi untuk ngantor.
" Kenapa bisa, ma?" tanyaku sambil menciduk dua sendok nasi dari panci. Sarapan. Pagi ini, menunya adalah sisa semalam yang dipanaskan.
" Tuh, banyak kotorannya di atas wastafel. Kamu kalo pulang dari kantor, langsung aja molor, gak tengok ke tempat sampah. Sampah itu bisa jadi santepan tikus!" delik ibuku, dan melangkah keluar dari dapur menuju kamar mandi. Jam sudah menunjukkan pukul tujuh. Beliau ngantor jam delapan.
Aku juga siap-siap mo kantoran. Masuk kantor jam sepuluh, bisa lewat dikit tergantung kebijakan sang bos. Karena naek angkot, perjalanan yang seharusnya bisa ditempuh dalam waktu 30 menit, jadi satu jam. Belum lagi macet, atau penumpang kurang, 'tu angkot bisa berhenti di pinggir jalan, trus nungguuuu sampe' ada penumpang, atau kalo mau yang lebih tega lagi, sampe' angkotnya penuh. Bah! Aku jadi harus berangkat jam 08.30. Setor muka di kantor sama bos, trus naek mobil dinas hunting berita, itupun kalo nggak ditinggal sama si supir. Welcome to the jungle of the city.
***
Hari ini dandan apa, ya?
Ingat kejadian kemarin, membuatku urung kenakan jilbab berpentul. Oiya... si lelaki itu. Aku lupa memasukkan ke daftar ingatanku pagi ini, tapi sekarang ingat kok. Namanya Gegen. Dia ternyata mantan reporter citizen di stasiun tivi tempatku bekerja, freelance kata bosku. Pertemuanku kali kedua dengannya di ruangan membuatku sedikit shock, tapi untungnya dia tidak membahas pertemuan pertamaku dengannya pada bigboss yang juga lagi ada di ruangan. Malah bisa dibilang dia tidak mengacuhkanku. Sibuk cerita dengan bosku, bosku pun cukup antusias menanggapinya, membuatku agak sedikit sakit hati.
Dia cuma mampir kok di kantor. Abis itu pergi lagi. Bos sempat cerita-cerita tentangnya, kalo si bos pernah meminta dia untuk jadi reporter tetap di kantor, tapi alih-alih terima, si Gegen malah bilang kalo dia hanya berniat cari pengalaman saja, namun tidak bergelut di dalamnya. Duh, belagunya... aku aja sampe ngemis-ngemis buat diterima jadi reporter.
Ah, sutralah. Sebodo amat mikirin cowok si pengomentar sadis itu.

Aku yang terakhir keluar dari rumah. Ibu sudah berangkat duluan bareng adikku yang ke kampus. Jadi, seperti yang kemarin-kemarin, aku jalan kaki keluar kompleks, panas dan apa boleh buat. Aku sebal sama tukang becak yang suka manggil-manggil genit. Sumpah! Kalo bukan karena terpaksa naek becak, mending jalan kaki. Lebih sehat! Semangat!!
Beberapa menit kemudian, aku sudah berada di atas angkot. Duduk di bagian belakang, sumpek, gerah, dan matahari lagi terik-teriknya. Apes, deh. Kenapa pagi hariku harus kulalui dengan begini setiap hari?
Salah seorang penumpang, wanita paruh baya dengan penampilan yang bisa dibilang: "...dosen kali' ya?", yang duduk di sampingku menoleh ke arahku. Aku bersikap biasa saja. Well, aku gak senyum sih (jutek dong!), buat apa? emang kenal? lagian kenapa ni ibu noleh-noleh? ada yang salah dengan dandananku? aku kan gak pake jilbab yang transparan lagi? Apa dandananku harus membuat orang melirik dan mengomentar sadis?
" Silakan" sahut si wanita paruh baya. Mengeluarkan sebungkus gula-gula bermerek dari dalam tasnya.
Aku sempat matung. " Eh? A, makasih, bu"
" Ambil aja" kata ibu itu.
Aku pernah baca suatu artikel, atau buku, atau apalah, yang inti isinya tentang etika, salah satunya mengatakan menolak pemberian orang setelah tawaran dua kali adalah perbuatan yang kurang beretika. Makanya kuangkat tangan kananku dengan ekspresi malu-malu, dan mengambil satu gula-gula dari dalam bungkusan yang sudah terbuka sebelumnya. Senyum manisku pun mengembang ke arah ibu itu, sebagai pengakuan salah dan minta maaf atas pikiran negatifku sebelumnya. Kulihat lewat ekor mataku, penumpang lainnya yang sudah di angkot sebelum aku juga memegang bungkusan gula-gula yang sama. Sudah pasti dari ibu berpenampilan dosen yang duduk di sampingku ini.
Well, pagi ini ada lagi pelajaran berharga yang aku dapat. Maknanya masih sama dengan yang kemarin: Teguran.

...Thank God for Your Care.



...to be continued.


part 01: tipisnya jilbabku (and the story begin)

No special plan for this day. Kembali ke rutinitas harian, kembali pada kejenuhan yang sama. Kembali pada dandanan yang beda tipis dari kemarin-kemarin. Belum ada tambahan uang jajan buat beli baju baru. Koleksi baju yang kupunya masih sama dengan tahun-tahun yang lalu. Hanya dengan perubahan-perubahan kecil yang kukenakan tiap hari, misalnya lewat permainan warna, tentu saja dengan mengkombinasikan warna pakaian yang bisa selaras. Biar orang-orang yang kenal ndak komentar tanpa peduli perasaan: " ...eh, baju yang kemarin, bukan? dipake lagi?"

Aku pake jilbab merah muda yang agak keungu-unguan. Dipadu dengan rok dan kaos oblong lengan panjang yang berwarna sama. Hitam. Jilbabku agak tipis, tapi membuatku terlihat lebih manis di cermin, yang aku harap bahwa juga terlihat manis di mata orang-orang yang 'kan memandangku di jalan nanti (doo... maunya!). Ribet juga 'make jilbab yang agak tipis. Mesti pake jarum pentul dimana-mana.

"Mama, aku berangkat, ya?" sapaku pada ibuku yang sibuk berkutat dengan bumbu dapur. Hari ini Minggu. Sebagian pegawai kantoran akan memakainya sebagai waktu liburan dan bersantai, like my mom did. Tapi nggak buat pemburu berita sepertiku. Enaknya bilang reporter saja, hehehe. Hari ini, meski bukan jadwalku meliput di lapangan, tapi tetap masuk kantor untuk listing laporan reporter lain yang di lapangan. Yeah, seperti tadi yang kubilang: kejenuhan yang sama setiap harinya.

Kucium tangan ibu sebelum berangkat. Kata orang, saat sang anak melakukan hal yang demikian kepada ibu sebelum melakukan suatu tugas, maka do'a-do'a sang ibu akan mengalir dari hati. Tapi ini kan kata orang. Toh raut wajah ibuku tidak berubah, acuh tak acuh, malah sedikit merasa terganggu karena konsentrasinya dalam meracik bumbu agak rusak. Gak jelas apa beliau mengirimkan doa untukku atau tidak. Ah, tapi percaya kok beliau selalu doakanku dalam sholat-sholat malamnya. :)

Karena tidak punya dan tidak bisa mengendarai sepeda motor, aku berjalan kaki menyusuri lorong kompleks menuju tempat pemberhentian angkot. Ohya, ada kamera digital model pocket yang sengaja kubawa untuk liputan jurnal diary-ku. Jadi, sembari jalan, sembari ngerekam. Beberapa orang yang lalu lalang melewatiku menoleh heran, mungkin pikir mereka: " ...ni cewek pamer kamera baru atau belajar menggunakan kamera, ya?". Peduli setan. Toh, mereka jadi artis figuran gratis di jurnalku. Huahahaha!!! (mode on: *tertawa setan*)

Tiba di penghujung jalan, kuhentikan rekamanku. Siap-siap untuk nyebrang. Sial, angin begitu kencangnya. Jilbab tipisku melambai-lambai. Bagian dada yang tadinya tertutup oleh jilbab jadi kelihatan. Padahal jilbab yang kukenakan panjangnya hingga mencapai piinggang. Oph!!! Siap-siap nyebrang, kupegang erat-erat ujung jilbabku agar tetap menutupiku.

Arkh! Berhasil nyebrang dengan mengundang tatapan banyak orang (kebanyakan tukang becak, said: "assalamu'alaikum" dengan genit). Jilbab yang kupegang di sisi depan, memang menutupiku. Tapi di bagian depan saja. Di bagian belakang, asli terbuka, tampakkan leherku yang terbuka (entah putih, entah hitam... penilaian relatif, tergantung yang ngeliat).

" Angin sial!" gerutuku sambil nunggu angkot.

" Kamu yang bego"

Aku kaget. Ada komentar yang tanpa diminta terdengar dari sisi kananku. Ketika kugerakkan leherku, menoleh, tampak di mataku seorang lelaki berpakaian hitam-hitam menatapku dengan tatapan yang agak mengejek. Cakep (subhanallah!!!).

" Ya?" sahutku dengan senyum polos, tidak ngerti. Bicara dengan siapa ini orang? Matanya tertuju padaku.

" Bukan anginnya yang sial. Tapi kamu yang bego. Make jilbab kok tipis 'gitu?" sindirnya tajam. " Ikhlas make jilbab ndak, sih?"

Aku melongo. Beneran, ni cowok emang bicara sama aku. Kenal aja nggak, kok komentarnya sadis gitu, ya? Hebat juga cara berkenalan anak muda jaman sekarang.

Lelaki black itu tidak menunggu tanggapanku. Pas salah satu angkot berhenti di depannya, dia langsung naik tanpa pamit atau minta maaf kepadaku. Aku buang muka.

Hufff... apa ini hari sialku ya? Dapat komentar sadis dari seseorang yang tidak aku kenal tentang jilbabku. Ini pasti teguran. Tadi aku niatnya pake memang salah: make supaya kelihatan manis di mata orang-orang, bukan di mata-Nya.

Tak lama kemudian sebuah angkot yang sesuai arah tujuanku akhirnya berhenti tak jauh dariku. Buru-buru aku naik sambil megang ujung jilbabku, kali ini ujung sisi depan dan belakang. Well, jujur. Sosok lelaki itu terus menghiasi pikiranku sepanjang perjalanan menuju kantorku. Malu bener rasanya. Aku jadi tidak pede dengan dandanannku kali ini.

Tiba di kantor setengah jam kemudian. Kusapa bapak satpam -yang lagi asik nonton tivi- dengan senyum tipis seperti biasanya. Aku naik tangga (lift tidak berfungsi di hari Minggu. Entah ya di kantor-kantor lain...). Ruanganku terletak di lantai dua. Ketika kubuka pintu ruangan, senyum lebar yang kusiapkan untuk menyapa rekan kerjaku buyar begitu kudapati sosok lelaki black itu duduk santai di sofa tamu dalam ruangan.

God! Who is he?

...to be continued...



Sabtu, 15 November 2008

...Wanita oh wanita... (episode 02)

kenapa wanita?
karena mereka kreatif (thnkx buat mbak Ve atas comment-nya). Yup, bener banget. Wanita itu emang dari sononya kreatip, seneng make warna yang ngejreng gila. Beda dengan cowok yang... dikit aja make warna ngejreng langsung dibilang "norak, euy!!" <-- tapi bukan berarti mereka emang ndak boleh, cuman... kesannya ya... agak maksa gitu (rada-rada sarap).
Liat aja mbak MeLLy (tya ngefans sekali ma beliau, sama dengan kamu?) yang hobi tampil "wah" ;p
tapi Tya bukan type cewk yg hobi make warna yg ngejreng, ndak cocok sama kepribadian tya yang rada-rada jaim (jaga iman, maksudne, huahahaha!! *ketawa iblis*)


...to be continued

Senin, 10 November 2008

...Wanita oh wanita... (episode 01)

(situasi: dalam ruang Trans yang full ac, brrrr... dingin, sambil masang kuping denger lirik "Ti Di Dit" by sweet martabak)

Tanpa sadar, ternyata aku senang melihat kaum hawa (sekarang sih udah sadar ;p). Bukannya aku abnormal, tapi entahlah... udah dari sononya kali' ya?

Kenapa dengan wanita?
Tanya kaum adam deh, jawabanku hampir tidak jauh beda dengan jawaban mereka, hehehe...
WeLL, wanita itu diciptakan untuk suatu keindahan. Dari segala sudut pandang, mereka emang enak dilihat. Apalagi yang terlahir cantik,
ops!!, oke... oke... semua perempuan yang lahir ke dunia itu cantik, tapi ada yang pintar merawat diri, ada yang acuh acuh terhadap dirinya (mirip aku kali' ya? hehehe...). Jadi, aku seneng melihat-lihat mereka, -aku emang hobi mengamat-amati sih-, pas di angkot, ato lagi semntara jalan, ato di tivi-tivi... ato di mana aja, aku senang liat perempuan, potretnya, dan semuanya.

Kenapa dengan wanita?
Karena aku gak pernah ngerti dengan jalan pikiran wanita. Termasuk dengan jalan pikiranku sendiri. Kadang-kadang realistis, kadang-kadang logis, tapi balik lagi ke feeling.
Dari artikel yang pernah aku baca (lupa apa judulnya), bahwa wanita itu bisa memikirikan dua hal sekaligus. Misalnya aja saat lagi urus kerjaan, wanita bisa memikirkan sang "dia" di sana.
Hal itu menjawab kenapa kaum hawa sering protes bila perhatian si "dia" kurang, dengan alasan si "dia" sibuk. Toh, wanita sibuk juga masih bisa perhatian, heheeheh...

Kenapa dengan wanita?
Karena wanita hingga sekarang terus perjuangkan hak gendernya dari berpuluh tahun lalu, sejak tahu tentang kemampuannya gak kalah dari pria, tapi sampe' sekarang masih tetep aja dibedakan dari kaum pria. (Ya iyalah, jeng...).

Kenapa dengan wanita?
Karena wanita selalu menginginkan perubahan seiring dengan perubahan zaman. Its crazy, isnt it?
Yang aku tahu, perempuan di saat sekarang ini berjuang untuk bisa hidup tanpa rongrongan kaum lelaki. Why? Mungkin karena kaum pria diciptakan lebih sedikit ketimbang wanita. Dan kaum wanita kebanyakan nolak tegas kalo mau dipoligami. So, daripada musing mikirin lamaran yang gak kunjung datang, mending belajar untuk hidup tanpa lelaki aja!!

Kenapa dengan wanita?
Hari ini, tepatnya siang tadi di ruang kuliah (gak ada dosen!), wanita adalah obrolan menarik antar kaum hawa sendiri (termasuk aku ;p). Gak jauh-jauh wanita karier, wanita single parent, soal vibrator, soal bank sperma/ adopsi bayi... pokoke gak jauh-jauh dari soal wanita yang hidup tanpa lelaki!!!



...to be continued...
(dah mo lepas jam kantor nih, pulang dulu ah... :p)

Sabtu, 08 November 2008

Kematian pasti akan datang, dengan jalan baik atau buruk

Eksekusi mati oleh terpidana Amrozi cs membuktikan bahwa hukum di Indonesia tidak main-main. Banyak yang bersyukur merayakan pengeksekusian tersebut, minggu dini hari 09 November 2008.

Well, ini adalah akhirnya...
setelah publik meraba-raba, menerka-nerka, jadi tidakkah eksekusi mati tersebut.

Aku harap kematian dari ketiganya tidak membawa pengaruh buruk bagi yang lain, terutama bagi yang menamakan diri mereka "LASKAR MUJAHIDIN".
Kematian mereka seharusnya diikhlaskan sebagai konsekuensi hukum atas perbuatan mereka sendiri. Tidak dengan melahirkan apresiasi buruk lainnya. Jalan kekerasan tidak akan menang di Indonesia dan negara yang menjunjung tinggi HAM.

Aku setuju terhadap konsep JIHAD, tapi tidak setuju jika pengeboman sebagai salah satu jalan jihad terjadi di Indonesia.
Karena Indonesia tidak seperti di Afghanistan, Palestina, Irak, dan negara-negara lainnya yang konfliknya tidak kunjung henti. Indonesia masih bisa masuk dalam kategori aman-aman saja dengan keberagaman keyakinan umatnya.

Ada banyak jalan untuk mengajak kaum muslim kembali ke jalan Allah selain jalan kekerasan, seperti yang dinasehatkan oleh murobbiku pagi ini.
Islam bisa mengikuti perkembangan zaman tanpa harus mengubah peraturan hukum Al Qur'an dan Sunah.
Dengan teror bom, teror kekerasan, manusia akan terus dibayang-bayangi oleh kematian.
Hal-hal yang demikian akan menjelekkan nama agung agamaku sendiri.

Kita sedang dalam masa perang pemikiran. Bukan lagi perang fisik. Islam bisa dirusak dari dalam. Jadi kenapa tidak dari sekarang membuat dinding perlindungan mulai dari dalam?
Jika "mereka" meracuni pikiran orang-orang dalam melalui media, kenapa "kita" tidak balik membuat penangkal racun dan balas memberi racun kepada "mereka"?
Karena "racun" yang diberikan oleh muslim sejati kepada pendosa adalah untuk kebaikannya sendiri.

Jumat, 07 November 2008

" apa ko bikin di situ? duduk-duduk ndak jelas?" tanyanya suatu ketika. Tanpa tengadahkan kepala, kujawab dengan nada cuek, "...nunggu banjir"

Dulu,
duluuu sekali,



pas jaman2nya masih ABG,
pas jaman2nya masih puber,

seneng deh liat ujan merembes dari balik kaca jendela kamar,
sembari meneguk sedikit-sedikit kopi susu 'anget,
duduk menelungkup di atas tempat tidur dan mer
apatkan selimut,
dan arah pandang tak p
ernah berubah dari jendela yang basah.







Its so romantic.


Tapi itu dulu,
duluuuuuuu sekali....

Sejak kapan ya aku mulai memberengut tiep geled
ek menggelegar di ujung langit sana tanda hujan akan turun?
hmmm,
sejak taon 2002 kaya'nya, pas duduk di bangku SMA.
Dari kota kecil aku tinggal, pindah ke Makassar, kota yang bisa dibilang lumayan besar di Indonesia Timur.

Dan pindah ke kota besar ternyata tidak begitu menggembirakan. Alasanku karena:
1st, sistem pergaulannya kadang-kadang membuat keningku mengernyit heran;
2nd, di kota, waktu adalah uang, kadang-kadang tetangga sendiri tidak begitu dikenal karena kesibukan terlalu menyita waktu ngobrol;
3rd, penampilan adalah segalanya;

4th, ....??
5th, ....??
6th, ....??
...., .....??

xth, dan kalo ujan ternyata banjir!!!!


November ini kembali membuatku was-was akan kedatangan musibah yang menurutku bisa dibilang besar itu (kalo banjirnya cuman setinggi
mata kaki, belum musibah menurutku. Tapi kalo banjirnya setinggi perut orang dewasa??? ta'timpuk pake beton kalo ada yang bilang: "...itu belum musibah").

Barang-barang berharga mesti keburu diselamatkan, sementara yang lain yang ndak bisa diangkat dibiarkan tenggelam, ntar kalo banjirn
ya surut ta'cuci deh...

Sudah 7 tahun banjir akrab di kehidupanku,
sudah 7 tahun rumah berbau parit dan tembok berwarna kuning akibat "feses" yang lengket juga begitu dekat dengan keseharianku.
Yah, alhamdulillah... karena yang begituan kur
asakan cuma pada bulan Nov-Maret.

sudah banyak yang nanya:
"kok ndak direnovasi saja, Ty?"
"kok ndak ditimbun aja, Ty? Tanahnya ditambah biar rumahnya agak tinggian dikit, gitu lo..."
"kok ndak pindah saja, Ty?"

jawabannya cuman satu:
"duit darimana?"

tentunya ada-laaah... usaha nabung, dikit-dikit. InsyaAllah pemugaran rumah sudah bisa dimulai taon 2009 nanti (doakan ya? hatur nu
wun...)

jadi kalo ujan itu romantis, buang jauh-jauh deh...
kalo udah banjir, sama sekali kagak ada romantis-romantisnya!


......

......

......


"apa ko bikin disitu?" tanya salah seorang teman ketika berkunjung ke rumah dan melihatku duduk berjongkok di mulut pintu dengan muka tertekuk melihat tetes-tetes gerimis hujan membasahi taman bungaku.
"...nunggu banjir..." jawabku.
Temanku tertawa sambil membuka pagar, hendak masuk bertamu. " Tenang aja, Ty... abis ujan munculji pelangi..."












..gambar-gambar diblog tya bukan hasil karya tya, tapi karyanya orang yang tya ambil dari google, maaf sebelumnya..

Trio Bomber Kapan Dieksekusi?

Sejak kapan ya media membesar-besarkan peng-eksekusian trio bomber BaLi?

Satu media melalap, semua ikut melalap, bahkan sampe sedetil-detilnya. Sementara tanggal kejelasan peng-eksekusian belum jelas, simpang siur.
Jenuh rasanya melihat pemberitaan yang itu-itu saja, bahkan dengan gambar yang sama, hanya ada beberapa tambahan kecil yang tak berarti.

Apa sih yang menyebabkan penundaan terus-terusan terjadi? Sementara kejaksaan sudah menetapkan awal November akan terlaksana.
Jangan-jangan ditunda karena ancaman juga serta teror bom yang terjadi di beberapa kota? atau ini hanyalah permainan media saja ? (lagi-lagi media yang harus saya salahkan).

Info terakhir yang saya baca: mereka akan dieksekusi hari Jumat Malam, atau Sabtu dini hari paling lambat. Entah ini sudah benar atau hanya diperbolakan oleh media saja.

saya tidak berada dalam pilihan: setuju atau tidak setuju akan pengeksekusian mereka
(plin-plankah saya? nggaklah... saya kan memilih untuk tidak memilih ^_^ )

Well, sama seperti masyarakat pada umumnya: kami hanya penasaran. Penasaran kapan mereka ditembak mati oleh para sniper, atau apakah mereka tidak jadi dieksekusi.

Toh mereka melakukan pengeboman karena tujuan mulia: menghilangkan perbuatan tercela; perbuatan asusila yang menodai moral bangsa.
Walau konsekuensi dari perbuatan mereka meminta korban, korban yang entah memang telah berdosa (karena mendiamkan/ acuh tak acuh terhadap perbuatan yang tidak terpuji atau bahkan yang memang para pelaku perbuatan dosa), atau tidak berdosa karena tidak terlibat sama sekali dalam perbuatan asusila di Bali.

Tapi apakah manusia boleh menghakimi? bukankah itu tugas Tuhan?
Apakah benar sikap kita harus memerangi (sampai harus ada pertumpahan darah) terhadap perbuatan yang kita anggap dosa? Wallahu Alam.

Sejauh mana perjuangan yang bisa disebut jihad jika harus pula mengorbankan warga sipil lainnya yang tak berdosa?

yang saya sayangkan adalah pernyataan mereka (trio bomber) yang mengatakan bahwa: Jika mereka dieksekusi, maka kaum muslim di seluruh Indonesia akan melakukan perbuatan yang tidak terduga (apakah itu artinya kaum muslim akan melakukan pengeboman yang kesekian kalinya?); bahwa yang mengEKSEKUSI mereka adalah setan, dan kegiatan eksekusi adalah perbuatan laknat, dan mereka yang mengeksekusi trio bomber akan dilaknati oleh Allah.

Sampai kapan Indonesia diwarnai oleh teror seperti ini?

Seandainya Trio Bomber tidak perlu berkata apa-apa. Seandainya mereka hanya diam. Atau seandainya mereka membela diri tentang pengeboman atas tujuan mulia tanpa menjadi provokator terhadap kaum muslim lain untuk melakukan tindakan yang serupa: mengebom mereka yang melakukan dosa.

Dan saya yakin, dibalik semua peristiwa ini, ada pula yang ikut-ikutan membuat kisruh, ciri-ciri manusia yang senang membuat huru-hara. Dengan memanfaatkan peristiwa ini, mereka ikut pula merusak. Melakukan teror. Mengancam presiden.
Dan tentunya akan mengarah dan memperbesar isu-isu kejahatan yang ditimbulkan Trio Bomber: Amrozi cs.

Dieksekusi atau tidak dieksekusi, toh tidak akan mengembalikan korban seperti sedia kala, toh tidak akan menghidupkan kembali mereka yang sudah mati, toh tidak akan menyembuhkan luka yang telah tertoreh demikian dalam di hati para korban yang masih hidup.
Hanya saja ini adalah hukum yang berlaku di Indonesia.
Terjadi eksekusi, berarti hukum di Indonesia masih berlaku. Juga untuk memberi contoh bagi mereka yang akan melakukan tindakan serupa, maka akan mati sebagai terpidana (suatu jalan kematian yang sangat disayangkan).
Tapi apalah artinya mati sebagai narapidana namun di mata mereka adalah mati sebagai mujahid?

Jadi kapan mereka dieksekusi?

Kamis, 06 November 2008

BARRACK OBAMA's THE WINNER!!!!

Wah, seneng deh ketika Obama terpilih mnjadi presiden negara adidaya, adikuasa, Amerika Serikat.
Diam-diam sebenernya Tya jg ikut mndoakan beliau agar beliau menang, loh!! Hweheheh... dan yg pasti bukan cuma Tya aja, psti smua org di dunia yg ngenal beliau akan mendoakannya.

Pertama kali Tya liat Obama pas acaranya Oprah Winfrey. Saat itu, Obama dan istrinya menjadi bintang tamu Oprah Winfrey.
Obama memiliki kekuatan retorika yg bagus, beliau mampu mnghipnotis para pendengarnya untuk terus mendengar ucapannya. Dari apa yg Tya liat di Oprah Winfrey, Tya menerka-nerka klo Barrack Obama adalah seorang familyman. Dan hal itu terungkap lewat pernyataan istrinya.

Dan senengnya, karena gak ada satupun berita perselingkuhan yg prnh Obama lakukan (stau Tya sih...).

Mc Cain terlalu dibayang-bayangi oleh sosok Bush.
Benci deh klo ingat Bush. Benci dgn serangan2 yg dilancarkannya ke negara-negara Islam. Dan Tya pikir, warga Amerika emang senang ngeliat peperangan, krn kok bisa-bisanya mereka milih Presiden yg berotak tak ubahnya binatang, gitu?!
Tpi pikiran Tya salah, toh hal itu dibenarkan dgn pemilihan Presiden Amerika kali ini. Warga Amerika trnyata bisa lebih rasional.

Semoga Barrack Obama bisa mnciptakan perdamaian dunia. Trutama dgn mengurangi serangan-serangan warga barat ke Timur. Bahkan istimewanya Obama bisa memerangi peperangan.
Semoga Barrack Obama bisa mengembalikan perekonomian dunia menjadi lebih baik.

Tpi yg membingungkan,
beliau sebenernya beragama apa sih?
apalgi sepengetahuan Tya, beliau pernah bersekolah di Al Azhar, Indonesia? iya to?
Al Azhar kan sekolah Islam, so...?

KONTROVERSI AKSI-AKSI FPI

Semalem (Kamis, 06 Nov), Tya sempet2nya nonton acara DEBAT di TV One. Ada usulan dari si "dia" kLo acara debatnya bagus, krn semalem Tya lg gak ada kerjaan jg sih..
WeLL, trnyata pas iseng2 Tya ngikutin, debatnya sudah dimulai dan Tya tertarik jg nonton smpe akhir.
Judul debatnya Kontroversi Aksi FPI.
Permasalahnny: banyak yg gak senang dgn aksi FPI yg selalu berujung pd kekerasan. Apalg dgn mengusung nama ormas Islam. FPI itu dikabarkn sbg organisasi yg senang akan rusuh, senang berontak, dll dsb. Pdhl Islam kan cinta perdamaian, tp kok kekerasan malah identik dgn aplikasinya?
Smpet jg sih Tya gak suka dgn FPI, malah Tya berpikir mereka mmbuat noda untuk agama Islam. Tya khwatir orang2 nonmuslim jd ogah bergaul dgn org muslim, ato bahkan yg lebih parah org muslim jd murtad.
Tp setelah mngikuti acara DEBAT, dan mendengar penjelasan2 org2 FPI, Tya jd berubah persepsi tntang mereka.
Tya malah berbalik menyalahkan media.
Selama ini, Tya rasa, media melakukan keberpihakan.
Kadang2 media memberitakan hal2 tanpa diketahui sebab2 asal mulanya.
Misalnya nih ya:
media (utamanya TV) mengabarkan klo ormas Islam sedang membuat kekacauan di jalan, sedang berdemo, namun demonya brujung rusuh. Alasan2 yg melatarbelakangi belum jelas.

Nah, dr pemberitaan ini, org2 bisa berpersepsi macem2. Sbagian besar akan menganggap bahwa ormas Islam trsebut emang senang mbuat kekacauan. Apalg krn alasannya blon jelas.
Tya maunya, para wartawan TV memberitakan hal2 yg sudah jelas alasannya. Atau mnghilangkan kata2 yg terkesan menuduh, ato memberi statement negatif.

Tp bukan berarti Tya senang dgn aksi2 kekerasan yg dilakukan FPI. Syogyanya kita hidup di negara yg multiagama, jgn memaksakan kehendaklah trhdp pengikut2 agama lain, dan kata2 "kafir" itu sebaiknya jgn diucapkan, krn itu sensitif.
Tya pengen agar agama yg Tya punya ini memiliki unsur kekeluargaan yg lebih besar, lebih mendukung ke arah perdamaian, ketimbang permusuhan.
Kan FPI bisa mengadakan konverensi Pers sebelum pd akhirnya mnjalankan kekerasana yg mereka anggap sbg "KETEGASAN". Dgn konferensi PERS, dgn pmberitahuan ke media, masyarakt bisa mengetahui tujuan-tujuan mulia yg diemban oleh FPI. Bahkan msyarakat kemudian bisa mndukung kegiatan2 FPI.
Dgn jalan kekerasan, akan memberikan IMAGE NEGATIF kepada FPI dan lebih parahnya kepada ISLAM sndiri. Dgn jalan kekerasan pula, warga sipil yg tidak tahu menahu akan banyak menjadi korban.
Tya muak dgn tudingan2 org yg mnganggap bahwa Islam kental dgn aura2 kekerasan, dekat dgn terorisme, dan lain sebagainya yg brmakna sama.

Senin, 03 November 2008

Thanks to Trans TV Makassar

Berhasil magang di Trans Tv Makassar sejak September lalu membuatku tak henti-hentinya bersyukur.
Sebenarnya rencana niat pas masuk semester 08 nantinya, itupun di Jawa. Cuman ngiri aja liat teman-teman kampus lain, berseliweran di depan hidungku yang berkeringat, ngurus berkas magang. Iseng-iseng aku juga ikut ngurus, sambil tanya sama temen2, mereka rencana magang dmn.
Smpat ngerasa aneh jg, krn mrk kurang mau berbagi :(
tpi positif thinking aja klo mrk pasti lgi sibuk2nya urus berkas n sabar nunggu krn waiting list jg.

Alhamdulillah, dua hari setelah aku masukkan brkas, ada tlp dari kepala biro bow!!!

Dan skrg sudah memasuki bulan ketiga aku dan kedua temanku (Asma, dan Fitri) magang di Trans.
My big plan: mo ambil rekomendasi dari Trans Makassar untuk masuk ke Trans Jakarta.

Seneng banget berada di Trans TV Makassar, suasananya begitu kekeluargaan, sindiran dan guyonan selalu hadir di setiap sapaan dari para kru dan kontributor.
Pengennya bisa jalan2 bareng kru ke daerah2 wisata, tpi kaya'nya blum dikasi' ksempatan oleh Allah :)

kepada k'Ano (kepala Biro), K'Ahmad, k' Fadli, k' Ryan, k'Nurdin, k' Arthur, k' Zius, k' Adam, k' Thohir, k' Udin (cs), k' Rizal (traktiran pisang gorengnya sering2 ya.. :) ), en k'iPPang serta satpam2 Bank Mega,
trims atas segala keramahan, dan sikap kekeluargaannya.


GAMBATTE NE!!

Obrolan orang dewasa: kapan nikah?

Situasi: dalam ruangan Trans TV sepi, kru lainnya sedang di lapangan hunting berita. Dengan ditemani lagu penuh semangat milik Mbak Melly: kubahagia OST AADC.


Kemarin hujan turun gerimis. Begitu romantis. Sesaat teringat dia. Ingat pertengkaran dua hari yang lalu. Senyum tipis kukembangkan paksa. Dan kemudian,

obrolanku dengan salah seorang teman (sebut saja Asma), seputar pernikahan. Dia curhat tentang keinginannya selepas kuliah dengan ekspresi malu-malu namun penuh keyakinan. Kusambut denagn antusias. Impian yang diinginkannya sama denganku, dan kebanyakan yang lain juga memimpikan hal yang sama.

Menikah.



Situasi: pimpinan biro Trans TV Makassar sudah tiba. Jadi ndak enak sudah seenaknya duduk di tempat beliau sambil ngetik-ngetik. Beliau berkelakar dengan senyyum tipis yang akrab di memoriku sejak masuk Trans: " ...gak papa, kamu duduk aja di situ. Siapa tau nanti kamu bisa jadi kepala Biro juga." (duwh, ramahnya... ;p)

Aku balas dengan tawa, " Amin, kak!". Tapi tetep aja gak enak, jadi ku pindah ke tempat lain aja. Lanjut ngetik. Rada terganggu juga dengan suara berisik HT. Polisi-polisi kurang kerjaan, ngelaporin hal-hal yang kupikir sedikit berguna. Saling bercanda lewat HT (emang gak boleh, Ty?) <-- eh eh, ngomong-ngomong tentang polisi, denger-denger gaji mereka bakal naik jadi 7jt/bln taon 2010 nanti y?


LANJUT!!


Tau gak? Aku jadi punya hobi baru yang jelek sekarang. Main The Sims sampe lupa waktu. Enak loh main The Sims! (eh, hobi jelek kok maen promosi?) Ada yang punya koleksi lengkapnya ndak? bagi dunkz... kirim data via email aja, hihihihi...

Why The Sims? Karena bisa buat karakter orang yang rada-rada mirip aku, mirip dia, mirip kamu, mirip teman-temanku, mirip keluargaku, ponakanku, anakku (maksudnya karakter anak yang Tya impikan...), etc. Trus bisa buat gambaran rumah impian, itung-itung bantu buat model rumah masa depan (rumah masa depan = kuburan, huahahahah!!! *ketawa kesurupan*). Trus berencana cari kerja, pasangan, nikah, punya bayi, dst...


Berapa sih usiaku sekarang?

Hush!!! Gak sopan!!!

Udah cukup tua sih sebenernya (tapi muka tetep childish kan?). Jadi gak papa dong mulai berencana soal yang satu itu (dengan main The sims maksudnya) <-- balik ke soal nikah.

Calon sebenernya banyak. (Taelaaaaa, gaya!!!!). Lha iya kan? banyak yang berniat nikah kan? Jadi so pasti bisa dikatakan calon sebenernya banyak, cuma belon saling kenal aja. Persoalannya dah siap apa belon?


Kadang-kadang aku pikir, bahwa semua ini emang udah diatur oleh-Nya (masyaAllah!! masa' baru mikir sekarang???). Kemauan buat nikah emang sudah ada. Tapi kok belum terkabulkan y? (Ketauan deh doa tahajjudnya tya, hihihi...). Well, back to our self. Punya kesiapan apa buat nikah ntar? Nikah ya gak sekedar nikah aja, cuman buat pelampiasan seks, ato menghindari zna aja!!. Nikah ya berarti siap buat ngurus orang lain selain diri sendiri. Nikah ya berarti lebih bertanggung jawab dibanding sebelumnya. Nikah ya berarti siap selalu bangun lebih pagi untuk prepare segala sesuatunya, buat sarapan untuk dua orang misalnya, (ni a duty buat kaum istri kaya'nya. Sekali-sekali buat suami juga gak ada salahnya toh?). Nikah ya berarti... (yang nikahnya sukses, bantuin comment dong!!)

Tuhan Maha Tau, Maha Bijak untuk membantu kita mutusin segala sesuatu. Tinggal kita mikir kapan mo ngambil ato ndak keputusan itu.

Tapi males aja yang mikir kaya' gini: Keluarga juga ambil dalam pembuatan keputusan milih calon.

Pokoke males banget!!!


Why?

Kadang-kadang mereka maksakan kehendak. Terlalu prioritaskan bibit, bebet, n bobot calon pasangan. Padahal yang ngerasakan pernikahan itu kan yg mo nikah.

Yeah, oke.. oke-lah klo semua itu buat kebaikan kita juga. Kali-kali aja kita beneran salah calon, lantaran terlalu cinta jadi buta milih calon. Bukan zamannya lagi: makan tuh cinta!!

Fortunately (ato unfortunately?) ku juga milih-milih orangnya. Honestly, aku gak percaya dengan Love @ First Sight. Pasti karena napsu tuh sampe ngerasa fallinluv. Kan arah pandangan pertama langsung jatuh ke fisik? well, tapi itu gak berarti salah, tiep orang bebas milih jalan fallinluv-nya gmn. Ada yang namanya chemistry


Trmasuk aku yang milih jalan cinta bukan lewat pandangan pertama. Mungkin ada rasa, tapi sekedar kagum doang. Harus kenal dia dulu.
Trus ya... balik lagi ke keluargaku. Seneng gak sama si dia? Setuju gak sama si dia?
Huhuhu.... T_T

Jadi, kapan Ty?
InsyaAllah,
setelah aku dan dia lulus kuliah,
setelah aku dan dia dapat kerja,
setelah aku dan dia terima gaji bulanan,
setelah aku dan dia nabung buat prawedding, buat bikin rumah, dan segala tetek bengek yang ngikutinya,
setelah aku dan dia masih bertahan,
setelah kupertemukan dia dengan keluarga, begitupula sebaliknya,
setelah kami dapat persetujuan,
setelah kami tentukan tanggal,
setelah kami sebar undangan,
Dst, Dst, Dst...
semoga, semoga, semoga, amin, amin, amin, amin ya rabbal alamin,

epilog: Lalu teringat pertengkaranku dengannya dua hari yang lalu.


The Beginning

akhirnya minat nulisku balik lagi.
Welcome back!