THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Minggu, 23 November 2008

Sahabat, dimanakah kau?

Aku akan heran jika aku tidak dibutuhkan. Karena aku gemar membantu orang dengan kemampuan yang kupunya. Aku senang mendengar curhat orang. But unfortunately, kenyataannya aku memang akan selalu heran. Heran dengan diriku sendiri. Heran dengan kemuliaan hati yang aku punya. Heran dengan senyum tulus yang kusebar kemana-mana. Heran dengan pertanyaan yang selalu muncul tiap pagi dan melihat inboxku tak satupun sms yang masuk tentang somenone miss me. So sad, but its true.

Aku kehilangan sahabat yang tidak akan pernah kumengerti kenapa. Satu persatu meninggalkanku tanpa alasan. Dan aku kembali bergaung dengan sepi di sekelilingku.
Ini bukan kali pertama, jadi kembali kusalahkan diriku sendiri.
***

Aku terburu-buru masuk kelas, mengira dosen sudah lebih duluan hadir ketimbang diriku. Dan aku mengucap syukur ketika ternyata beliau belum datang. Ketika kuedarkan pandangan ke dalam ruang kelas, enyahkan bising suara makhluk di dalamnya, kudapati bangku kosong di samping orang yang sudah kuanggap sahabatku. Bergegas aku menuju ke sana dengan senyum tanpa mengindahkan kalau dia tidak melihat senyumku karena sibuk membaca.
Belum duduk di sampingnya, aku sudah ditegur oleh teman yang duduk di sampingnya di sisi lain: " ...eh, jangan duduk di situ, sudah ada yang disimpankan".
Keningku mengernyit heran. Terlebih ketika sudut mataku melemparkan lirikan kepada sahabatku, dan dia tidak menyanggah.
Ada apa ini?
biasanya dia tersenyum ramah sapaku. Tapi kali ini hampa. Menatapku pun tidak.
Dengan menahan rasa yang sulit kuejawantahkan dalam hati, aku mangkir ke tempat lain.
Ah, lagi-lagi aku heran kepada diriku.
Gede rasakah aku anggap dia sahabat, sementara dirinya tidak sama sekali?
Atau seperti apakah sahabat itu?

Sahabat itu dia yang selalu usahakan berada di sisiku, kecuali jika keadaan benar-benar tidak mengizinkan. Sahabat itu yang selalu mencurahkan permasalahan suka dukanya kepadaku tanpa diminta. Sahabat itu yang akan selalu butuhkanku, terserah aku mampu atau tidak.
Ah, tapi dia memang tidak seperti itu, meski 2 tahun terakhirku di kampus selalu bersamanya.
***

Kuputuskan aku tidak memerlukan sahabat. Kuputuskan untuk berbagi senyum sebagai sesama teman saja. Kuputuskan untuk berjuang mandiri saja.
Mungkin do'a-do'aku belum terlalu panjang.
Pintaku pada-Nya:
agar mereka butuhkanku lebih dariku butuh mereka,
agar mereka anggapku ada.

2 komentar:

Ve Miranty mengatakan...

Assalamualaikum, Hufff... Setelah membaca postinganmu, saya tergelitik mengobrak-abrik arsip dan postingan blog ku..

..dan ahhaaaaa!!! Got it! Read this sista..

“teman adalah anugerah yang membuat kita tertawa, menangis, menerima, memberi.. dan yang paling penting ialah membuat kita menghargai hidup... jika suatu hari, entah esok atau kapan pun kamu pergi dan melupakanku.. ketahuilah.. hadiah terindahku adalah.. mengenalmu....”

Kutipan tersebut berasal dari sahabatku yang dia kirimkan lewat sms kepadaku.. Dan ini adalah hadiah buatmu..

...dan sedikit kutambahkan, bahwa..
"Hargailah setiap kebersamaan yang menyenangkan dengan siapapun, agar kiranya tiada rasa kecewa, melainkan kelapangan bagi orang lain, apapun wujudnya"

Ve juga sedang belajar, say..

Anonim mengatakan...

Assalamu'alaikum wr.wb
"Mungkin do'a-do'aku belum terlalu panjang".

Jgn pesimis Tya, mungkin memang blm waktunya Do'a tya dikabulin. Tp ko tya percaya ma Allah SWT yg Maha Pengasih dan Penyayang pd umatnya, Insya Allah do'anya tya pasti dikabulin. Atau mgkn Allah SWT sedang menyiapkan "jalan" lain untuk pengabulan do'anya Tya. Sabar ya,...

Azis dapet inspirasi dari tulisan Tya yg satu ini, tentang sahabat. Satu kata sederhana tapi sulit dicarinya. Terima kasih ya,.. Terus berkarya Teman